cedera

on Sabtu, 02 April 2011

Identifikasi Sebab Terjadinya Cedera
Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh yang dikarenakan suatu paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. Luka juga dapat merujuk pada luka batin atau perasaan.
Berbagai macam cedera :
  1. cedera bakar adalah cedera yang diakibatkan oleh sesuatu yang panas.
  2. Patah tulang atau fraktur, cedera pada tulang. luka pada kulit yang dapat mengakibatkan pendarahan atau hanya lecet.
  3. Memar adalah pendarahan di dalam tubuh, di kulit terlihat warna kebiruan. Luka batin.
  4. Luka fisik serius adalah luka pada tubuh (fisik) yang dapat berakibat kematian pada korban.
Cedera Olahraga Pada umumnya penatalaksanaan cedera olahraga menggunakan prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation) yang selalu diterapkan pada awal terjadinya cedera sebelum penanganan selanjutnya.
Indikasi RICE dilakukan pada cedera akut atau kronis eksaserbasi akut, seperti hematome (memar), sprain, strain, patah tulang tertutup, dislokasi setelah dilakukan reposisi. Kontraindikasi RICE pada kram otot, patah tulang terbuka, adanya luka pada kulit merupakan kontraindikasi penggunaan Ice dan Compression.
Penatalaksanaan cedera olahraga dengan:
  1. Hentikan kegiatan olahraga
  2. Lakukan prinsip RICE
  1. Rest (istirahat). Bagian tubuh yang cedera harus segera diistirahatkan, karena gerakan aktif akan meningkatkan perdarahan dan pembengkakan yang terjadi sehingga nyeri akan berlanjut.
  2. Ice (es). Bagian tubuh yang cedera dikompres dingin / es, bertujuan untuk    terjadinya vasokontriksi lokal (pengurutan pembuluh darah lokal),  mengurangi terjadinya perdarahan dan pembengkakan,  mengurangi rasa nyeri,  mengurangi reaksi inflamasi (peradangan) dan spasme otot. Mula-mula kompres dingin/es dilakukan selama 15-20 menit setiap 1-2 jam, kemudian frekwensi diturunkan secara bertahap sampai 24-48 jam disesuaikan dengan berat ringannya cedera yang terjadi.
  3. Compression (balut tekan). Penggunaan bandage untuk balut telan pada daerah yang mengalami cedera akan menurunkan tingkat perdarahan dan mencegah terjadinya pembengkakan.
  4. Elevation (meninggikan). Bagian badan yang mengalami cedera diposisikan lebih tinggi sehingga aliran arah ke bagian yang cedera berkurang. RICE dilakukan selama 24-48 jam pertama sejak terjadinya cedera. Setelah itu dapat dilakukan kombinasi kompres dingin dan hangat untuk memperbaiki vaskularisasi (sirkulasi)  jaringan yang cedera.
  1. Tidak boleh dilakukan pemijatan atau diurut.
Komponen Kesegaran Jasmani
  1. Kekuatan
    Strength, Kemempuan dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja
  2. Daya tahan Endurance, Kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus
  3. Daya Otot Muscular Power, Kemampuan seseorang dalam mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu sepemdek-pendeknya
  4. Kecepatan
    Speed, Kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dengan waktu sesingkat-singkatnya.
  5. Daya lentur Flexibility, Efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas
  6. Kelincahan
    Agility, Kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu.
  7. Koordinasi
    Coordination, Kemampuan seseorang mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan tunggal secara efektif.
  8. Keseimbangan
    Balance, Kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot.
  9. Ketepatan
    Accuracy, Kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran.
  10. Reaksi
    Reaction, Kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang timbul lewat indera.
Faktor-Faktor Kesegaran Jasmani
1.      Umur
Kebugaran jasmani anak anakmeningkat sampai maksimal pada usia 25-30 tahun, kemudian akan terjadi penurunan kapasitas fungsionaldari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per tahun, tetapi bila rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai separuhnya.
2.      Jenis Kelamin
Sampai pubertas biasanya kebugaranjasmani anak laki-laki hampir sama dengan anak perempuan, tapi setelah pubertas anak-anak, laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar.
3.      Genetik
Berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas, hemoglobin/sel darah dan serat otot.
4.      Makanan
Daya tahan tinggi bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70%). Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olahraga yang memerlukan kekuatan otot yang besar.
5.       Rokok
Kadar CO yang terhisap akan mengurangi nilai VO2 maks, yang berpengaruh terhadap daya tahan, selain itu menurut penelitianperkin dan sexton, nicotin yang ada, dapat memperbesar pengeluaran energy dan menguranfgi nafsu makan.
6.      Gaya Hidup  
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya akses dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
7.       Status Mobilisasi
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot, gangguan keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
8.      Gangguan Sensori Persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
9.      Tingkat Kesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-obatan tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
10.  Status Emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan depresi cenderung lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
11.  Kemampuan Komunikasi
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol tanda bahaya.
12.  Pengetahuan Pencegahan Kecelakaan
Informasi adalah hal yang sangat penting dalam penjagaan keamanan. Klien yang berada dalam lingkungan asing sangat membutuhkan informasi keamanan yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah terjadinya cedera.
13.  Faktor Lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.
Tag :

Pengertian Aktivitas Terapi


Aktivitas terapi adalah merupakan serangkaian gerak fisik yang dilakukan di dalam  usaha:
  1. Penyembuhan atau  meningkatkan kualitas hidup penderita,
  2. Mengelola penyakitnya dan menunda atau
  3. Meniadakan komplikasi yang akan ditimbulkannya.
Tujuan Aktivitas Terapi / Olahraga Terapi:
untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, mengelola ketunaan atau penyakitnya, dan menunda atau meniadakan komplikasi yang akan ditimbulkannya
Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Perubahan Jantung
terjadinya efesiensi kerja jantung hal ini dikarenakan jantung bertambah besar, dan kuat, sehingga daya tampung besar dan denyutan bertambah kuat
Pengaruh aktivitas fisik terhadap perubahan pembuluh darah
pembuluh darah akan meningkat tingkat elastisitas, karena berkurangnya timbunan lemak, dan penambahan kontraksi dinding pembuluh darah.
Pengaruh Latihan Fisik terhadap Paru-paru
Paru-paru akan bertambah menjadi elastis sehingga kemampuan kembang kempis juga bertambah. Di samping itu, juga jumlah aveoli yang aktif akan bertambah dengan adanya olahraga yang teratur.
Pengaruh Latihan Fisik terhadap Ototakan menambah kekuatan, kelentukan, dan daya tahan otot. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya besarnya serabut otot dan meningkatnya sistim penyediaan energi di otot.
Pengaruh Latihan Fisik  terhadap Tulang
Tulang akan menambah aktivitas enzim, tulang akan meningkat kepadatan, kekuatan, dan besarnya tulang, selain mencegah keroposan tulang. Permukaan tulang akan bertambah kuat dengan adanya  tarikan otot yang terus-menerus.
Pengaruh Latihan Fisik terhadap Legamentum dan Tendolegamentum dan tendo akan menyebabkan meningkatnya kekuatannya. Hal ini akan membuat legamentum dan tendo mampu menahan beban  berat dan tidak mudah cedera.
Pengaruh Latihan Fisik terhadap Persendian dan Tulang Rawan
tulang rawan bertambah tebal di persendian, sehingga dapat menjadi peredam  dan melindungi tulang dan sendi dari cedera
Pengaruh Aklimitasi terhadap Panas
aklimitasi terhadap panas melibatkan penyesuaian faali yang memungkinkan seseorang yang tahan bekerja di tempat panas. Kenaikan aklimatisasi terhadap panas disebabkan pada waktu melakukan olahraga terjadi pula kenaikan panas pada badan dan kulit. Keadaan yang sama akan terjadi bila seseorang bekerja di tempat panas.
Pengaruh Latihan akan Terjadi Bila:
olahraga / aktivitas fisik dilakukan secara teratur dengan takaran yang cukup dan dalam waktu yang cukup. Disamping itu  aktivitas fisik/olahraga untuk tujuan terapi tetap harus mengikuti  prinsip dasar latihan secara umum, yaitu: prinsip beban berlebih,  konsistensi, tahanan progresif, spesifitas, individualitas, bervariasi,  kembali asal dan setiap sesi latihan didahuluhi dengan pemanasan, inti dan pendinginan.
Model Olahraga untuk Fungsi Tubuh
§  Gerak untuk fungsi otak
§  Gerak untuk fungsi sistem kardiorespirasi
§  Gerak untuk fungsi sistem lokomotorik
Prinsip-prinsip Dasar Latihan
prinsip beban berlebih,  konsistensi, tahanan progresif, spesifitas, individualitas, bervariasi,  kembali asal dan setiap sesi latihan didahuluhi dengan pemanasan, inti dan pendinginan.
Prinsip Beban Berlebih (Over Load)
prinsip yang paling mendasar yaitu dalam latihan harus melebihi ambang rangsang terhadap fungsi fisiologis yang dilatih. Pembebanan makin lama makin bertambah pada waktu tertentu sehingga secara teratur latihan itu semakin berat dengan ketentuan tertentu juga.
Konsistensi
adalah keajegan untuk melakukan latihan dalam waktu yang cukup lama. Untuk mencapai kondisi fisik yang baik diperlukan latihan setidaknya 3 kali perminggu.
Prinsip Tahanan Progresif
Semakin meningkat atau maju, beban semakin ditingkatkan. Dengan cara ini otot selalu bekerja pada daerah berlebih.
Prinsip Spesifitas
tubuh hanya akan beradaptasi secara khusus terhadap beban yang diberikan. Dengan demikian beban latihan harus disesuaikan dengan tujuan.
Prinsip Individualitas
Prinsip ini pada dasarnya harus memperhatikan keadaan setiap individu, baik itu kekuatan maupun kelemahan / keterbatasan yang dimiliki.
Prinsip Kembali Asal
Efek latihan yang sudah direspon maupun di adaptasi, kalau tidak dilatih kembali akan terjadi penurunan kembali
Prinsip Bervariasi
Prinsip ini digunakan supaya tidak terjadi kebosanan dalam berlatih. Ketidak berhasilan karena salahsatunya terjadinya kerutinitasnya program, sehingga menimbulkan kebosanan.
Sistematik
Pada setiap sesi latihan didahuluhi dengan pemanasan, inti latihan dan diakhiri dengan pendinginan.
Penyimpangan Postur Tubuh
  • Penyimpangan postur pada leher dan kepala ( tortikalis
  • Penyimpangan pada dada dan bahu
  • Penyimpangan pada lutut, knoc-knee, hyperextended knee dan bent knee.
  • Penyimpangan pada pelvic (panggul), biasanya panggul miring dengan sudut 50 sampai 60 derajat
  • Penyimpangan pada Spinal
  • Penyimpangan sikap kaki dan pergelangan kaki
Beberapa Macam Program Terapi
fisio terapi, terapi okupasi, terapi bermain, terapi musik, operasi ortopedi.

Fisio Terapi  Suatu Penyembuhan atau Pengobatan Bagi Menggunakan tenaga, daya dan khasiat alam.
TUJUAN: terutama untuk menjaga gerak sendi, mencegah terjadinya pemendekan otot,  melatih kembali perasaan dan gerakan otot-otot, mencegah adanya atropi otot, serta  melatih gerakan fungsional.
Macam khasiat alam yang dapat  untuk usaha penyembuhan  dan pengobatan
§  menggunakan sinar ( light therapy ) yang menimbulkan panas berguna untuk analgesia, relaksasi otot, dan peningkatan peregangan kolagen
§  Dingin lebih bermanfaat untuk nyeri akut karena kemampuannya dalam mengontrol pembengkaan.
§  bentuk panas yang tersedia, termasuk kantong pemanas, dietermi gelombang pendek, gelombang mikro, dan ultrasound. Hidrotherapy
Pemberian terapi dengan masase, yaitu dengan jalan memberikan gosokan pada tempat tertentu yang dapat mengurangi ketegangan otot.
§  Pemberian fisioterapi yang terkait dengan usaha membina kekuatan otot, ketahanan dan koordinasi otot dengan anggota gerak yang lain adalah jenis mekanoterapi.
Jenis mekanoterapi ini dapat diberikan dengan cara:
a)      melatih gerakan pasif, atau gerakan dibantu dengan orang lain, anak tidak melakukannya sendiri.
b)      melatih dengan gerakan aktif, anak berusaha untuk menggerakan anggota tubuhnya sendiri.
Unsur – unsur yang dikembangkan untuk aktivitas korektif
§  Kekuatan.
§  Kelentukan ( flexibility ).
§  Relaksasi.
§  Dayatahan.
Kekuatan
§  Kekuatan dapat ditingkatkan dengan latihan yang menimbulkan tahanan    ( resistance ), misal mendorong, mengangkat, dan menarik.
Hal-hal yang berkaitan dengan usaha peningkatan kekuatan
§  Kekuatan otot meningkat, jika digunakan dan mengalami penurunan jika tidak digunakan
§  Ukuran otot meningkat ( hipertropi ) jika digunakan dan mengalami penurunan ( atropi ) jika tidak digunakan
§  Beban yang lebih besar cepat meningkatkan kekuatan dan ukuran otot dari pada beban yang rendah
     Latihan isotonik ( meliputi kontraksi otot dan gerakan tulang dan sendi ) meningkatkan kekuatan, menaikan sirkulasi, dayatahan kardiovaskuler, dan mempertahankan kelentukan sendi.
     Latihan isometrik ( meliputi kontraksi otot dan tanpa ada gerakan tulang  sendi) meningkatkan kekuatan dan lebih menyingkat waktu, tetapi memberikan kontribusi yang kecil terhadap kebugaran kardiovaskuler dan kelentukan tulang sendi.


Fleksibilitas: Kemampuan seseorang dalam menggerakkan luas gerak sendi.
Fleksibilitas dapat ditingkatkan dengan bentuk latihan mengayun, memutar, meregang dan memantul-mantulkan anggota tubuh.
Hal-hal yang berkaitan dengan usaha peningkatan fleksibilitas 
  1.  Kelentukan dapat dipertahankan apabila tulang dan sendi selalu digunakan, dan akan terjadi penurunan apabila tidak digunakan.
  2. Tulang sendi yang tidak bergerak atau gerakan tulang sendi terbatas untuk waktu yang lama ( dibalut, dijepit, atau tidak digunakan) mengakibatkan hilangnya kelentukan.
  3. Latihan peregangan lebih efektif ketika dilakukan perlahan-lahan dan ketika dibantu dengan menarik gaya berat.
  4. Kontraksi kelompok otot antagonis yang diregangkan membantu kelentukan yang berbanding terbalik dengan hambatan yang ada.
  5. Penggunaan prinsip propioceptive neuromusculer fasilitation (PNF) untuk membantu program  peregangan. Para ahli sepedapat bahwa metode PNF dapat digunakan dalam bidang terapi.
Relaksasi adalah untuk tujuan melepaskan ketegangan dan kegelisahan.
§ Metode yang umum digunakan adalah penggunaan mandi  sauna atau mandi uap, hydromassage, rendam di air panas, dan massage dan melakukan aktivitas fisik.

Tag :

Macam-Macam Cedera Ringan

Memar
Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat.
Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat
Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penanganan pada cedera memar adalah sebagai berikut:
1.  Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
2. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak.
Kram Otot
Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. (Hardianto Wibowo, 1995: 31) penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang. Penyebab terjadinya kram:
1. otot terlalu lelahpada waktu berolahraga terjadi proses pembakaran yang menghasilkan sisa metabolik yang menumpuk berupa asam laktat kemudian merangsang otot/ saraf hingga terjadi kram.
2. kurang pemanasan (Warming Up) serta pendinginan (Cooling Down).
3. Adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju keotot, sehingga menimbulkan kejang. Kram yang mungkin terjadi yaitu:
a) Otot Perut (Abdominal)
b) Otot betis (Gastrocnenius)
c) Otot paha belakang (Hamstring)
d) Otot telapak kaki Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo, (1995: 33) adalah sebagai berikut:
(1). Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk menghilangkan rasa nyeri/sakit yang bersifat lokal, atau digosok dengan obat-obatan pemanas seperti conterpain, dan salonpas gell untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak terganggu karena kekuatan/kekejangan otot pada terjadi kram.
(2) Pada saat otot kejang sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu berkontraksi sama artinya dengan kita menarik otot tersebut supaya myiosin filament dan actin myosin dapat menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri.
Lecet
Cedera lecet (Abrasi): cedera goresan pada kulit.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
Bersihkan terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.
lepuh
Lepuh: cedera gesekan pada kulit. Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang dipakai.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
Bila lepuhnya robek, potonglah sisa-sisa kulitnya. Kemudian bersihkanlah dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat. Bila lepuh utuh dan tidak mudah robek, biarkan atau letakkan bebat untuk lepuh diatasnya. Bila lepuhnya tegang, nyeri atau terlihat akan pecah, bersihkan dan kemudian tusuklah dengan jarum steril. Kemudian tutuplah dengan bebat yang bersih.
Tag :

Budaya Sepak Bola Indonesia

on Rabu, 30 Maret 2011

PENDAHULUAN
Pada sekarang ini budaya suporter sepak bola Indonesia semakin merajalela itulah yang menyebabkan persepakbolaan Indonesia sering dianggap rusuh (kotor). Apalagi dengan fasilitas pengamanan yang kurang, kapasitas yang minim, ketidaktegasan menjatuhkan hukuman untuk suporter yang berbuat rusuh. Semua dari beberapa faktor tadi dapat menjadikan kesadaran pada diri suporter berkurang sehingga mampu menjadikan suporter berbuat anarkis.
Dalam menganalisis semua pengaruh terjadinya kerusuan persepakbolaan Indonesia, media elektronik sering memberitakan tentang oknum-oknum supporter di berbagai daerah. Efek dari kerusuhan atau aksi anarkis biasanya berakhir dengan adanya kecaman atau tudingan bahwa pimpinan dari Kelompok Suporter tersebut telah gagal mengendalikan massa anggotanya.
ISI KAJIAN
Dalam menganalisis semua faktor kerusuan persepakbolaan Indonesia, Sudah saatnya pertandingan demi pertandingan dalam olahraga dihadirkan guna memberi kenikmatan yang menghibur. Bukan malah menjadi gelanggang para preman jalanan yang hanya gemar mengecer perilaku destruktif dan anarkis. Bukan hanya kerusakan infrastruktur dan fasilitas publik, tragedi itu telah merugikan dan mengancam keselamatan insan pers. Fatkhul Alamy, Anarkisme sebagian supporter (oknum), layak digolongkan sebagai tindakan premanisme yang membahayakan bagi siapapun. Penggunaan bahasa yang tidak ditimbang dengan baik dapat memanipulasi realitas sehingga berpotensi menimbulkan persepsi keliru dan berakhir dengan aktualisasi destruktif. Penggunaan bahasa dalam olahraga adalah salah satu contohnya. Dengan sedikit pengamatan pada bahasa yang digunakan dalam berita atau siaran olahraga, kita akan dengan mudah menemukan bahwa metafora kekerasan telah merasuk ke dalamnya. Dan Berbuat anarkis dalam pertandingan sepak bola  di indonesia sudah menjadi wajar karena suporter indonesia selalu diselimuti atmosfer gelap. Tak sedikit yang menilai, fenomena suporter sepak bola indonesia merupakan resistensi terhadap kisruhnya persepakbolaan Indonesia secara komunal. media cetak dan media televisi pun selalu kerap bernada jelek. Ketakbecusan organisasi induk itu melahirkan “perlawanan” arus bawah. Alih-alih menjadi wadah pembinaan, PSSI justru memberikan teladan buruk, berupa perilaku melawan hukum, yang, anehnya, betah dipelihara dan ditutup-tutupi pengurusnya sendiri. Salah satunya, menolak merevisi pedoman dasar agar sesuai status FIFA serta cenderung mengamankan posisi ketua umum, yang jelas-jelas cacat di mata hukum.
Ini cermin dari kurang 'dewasa'-nya segelintir supporter kita, yang masih berpikiran sempit dalam mendukung tim kesayangan. Fanatisme dan Harapan yang berlebih terhadap tim kesayangan, tanpa melihat kenyataan yang terjadi dalam tim yang didukungnya justru akan semakin mendorong terjadinya sikap anarkis jika tim kesayangan menderita kekalahan. Semestinya suppoter harus berusaha memahami betul kondisi tim pada saat teraktual : mungkin terlalu banyak pemain kunci yang cidera, kualitas pemain pengganti yang tidak sebanding dengan pemain reguler, faktor kelelahan yang menerpa sebagian besar pemain (terutama jika setelah melakukan pertandingan away yang cukup jauh), hingga kualitas pelatih yang kurang mumpuni. Hal-hal seperti ini mustinya dipahami oleh supporter tim, dan justru sebaiknya supporter bisa memberikan dukungan atau masukkan ke pihak klub mengenai hal ini. Dukungan supporter akan lebih mempunyai efek positif bagi mental tim jika diberikan justru pada saat tim sedang terpuruk.
Namun ada faktor-faktor lain diluar faktor kurang 'dewasa'nya sebagian supporter yaitu : buruknya manajemen liga, masih kurangnya stok wasit yang berkualitas, standar keamanan stadion-stadion di Indonesia yang rata-rata dibawah standar keamanan yang di syaratkan FIFA, dan adanya contoh buruk yang ditunjukkan oleh sebagian pengurus organisasi sepakbola di Indonesia(PSSI) yang masih mempunyai orientasi mencari keuntungan dari organisasi dan bukan memberikan peruntungan bagi organisasi.
Kebanyakan kondisi stadion di Indonesia masih kurang memenuhi syarat untuk menggelar laga besar tingkat internasional. Fasilitas pengamanan yang minim, kapasitas terbatas, lokasi yang terlalu dekat ke pusat kota dan kurangnya fasilitas pendukung lainnya.
Artikel ini berhubungan dengan pertanyaan yang saya tulis karena fasilitas pengamanan yang minim, kapasitas terbatas dan lokasi yang dekat ke pusat kota mudah mnimbulkan kerusuhan antar suporter. Seperti yang terjadi antara The jakmania dengan Aremania yang terjadi di Stadion Brawijaya. STADION Brawijaya Kediri pada 16 Januari menjadi saksi bisu kebrutalan Aremania. Kelompok suporter yang dikenal santun dan pernah menjadi suporter terbaik itu tiba-tiba menjadi beringas. Asisten wasit Sumarman menjadi korban pemukulan suporter Arema yang merasa tidak puas dengan kepemimpinan wasit.
Belum puas, Aremania melanjutkan aksinya dengan membakar gawang dan fasilitas lain di stadion home base Persik Kediri ini. Bahkan, amukan ini juga menjalar hingga keluar stadion. Inilah awan kelabu pertama pada 2008 yang menimpa sepakbola nasional.
Hal itu seolah mengulang kejadian ketika kelompok suporter Persebaya Surabaya, Bonekmania, mengamuk usai pertandingan babak 8 besar Copa Indonesia 2006. Tidak puas dengan hasil pertandingan, mereka merusak stadion dan membakar beberapa mobil di luar stadion.
Sebelumnya, pada medio Maret 2007 kerusuhan juga mewarnai Liga Indonesia ketika Persija Jakarta bertandang ke Persikota Tangerang. Meski tidak ada korban jiwa, sejumlah suporter mengalami luka-luka dan tiga kendaraan Pemkot Tangerang hancur.
Rentetan demi rentetan kerusuhan yang menghiasi lembaran pelaksanaan Liga Indonesia seakan-akan menguatkan stigma bahwa sepakbola nasional rentan kerusuhan.
Namun pandangan ini ditampik berbagai pihak, terutama Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Badan Liga Indonesia (BLI) sebagai otoritas tertinggi sepakbola nasional dan penyelenggara liga Indonesia.
Ketua BLI Joko Driyono menyatakan, kerusuhan yang terjadi dalam suatu pertandingan sepakbola tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab BLI. Menurutnya, tanggung jawab BLI hanya untuk menyelenggarakan liga, sedangkan pertandingan sendiri menjadi tanggung jawab panitia pelaksana setempat.
''Saat pertandingan berlangsung, semuanya sudah menjadi tanggung jawab dari panitia pelaksana yang berkoordinasi dengan petugas keamanan. Perangkat pertandingan seperti wasit dan hakim garis juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Harusnya baik pemain, klub, dan suporter dapat menghormati keputusan yang dibuat oleh wasit dan hakim garis,'' kilahnya.
Dari sisi suporter, sudah barang lazim fanatisme suporter klub sepakbola Indonesia seperti menjadi gejala sosial yang berujung pada kondisi sosio-ekonomi masyarakat Indonesia saat ini yang erat berkait dengan kefrustrasian dan keterpurukan. Hitam putih dunia suporter Indonesia selalu berkelindan dan bertumpang tindih dengan hiruk pikuk kompleksitas bangsa Indonesia dalam segala hal yang mencakup politik, budaya, pendidikan dan ekonomi. Sepakbola Indonesia memang terlanjur identik dengan keterbelakangan, keterpurukan dan dijejali kaum pinggiran, sebuah simbolisasi kaum yang paling frustrasi dalam hierarki sosiologis di Indonesia. Pilihan sebagai pesepakbola lebih sering didasari atas minimnya kesempatan di bidang lain yang lebih menjanjikan. Ketika dunia pendidikan tidak cukup bersahabat dengan dirinya atas kondisi ketakberpihakan dan ketakberdayaan biaya, maka sepakbola adalah pilihan yang sangat menjanjikan untuk melihat hari di depan kalau tidak mau terus menerus berdekatan dengan ketakberpihakan. Sayangnya dunia sepakbola yang menjadi harapan tidak banyak memberikan kesempatan dalam mencapai tujuan ini.
Dalam sisi lain, menjadi suporter fanatik adalah cara untuk melepaskan diri dari persoalan sehari-hari dan pelarian dari rasa frustrasi berkepanjangan sebagai bangsa selain sebagai cara-cara untuk aktualisasi identitas dan kebutuhan terhadap pencitraan. Satu hal lagi, ajang suporter juga menjadi salah satu wadah lanjutan dari konflik kehidupan sehari-hari yang terkait pelik dengan keterdesakan demografis dan ekonomi sehingga apa yang terjadi dalam lingkungan suporter sepakbola selalu persis dengan apa yang terjadi di kehidupan bangsa Indonesia. Keterdesakan demografis dan ekonomi yang saya maksud adalah penduduk Indonesia yang terus tumbuh dimana hal ini menyebabkan kondisi saling sikut dan saling kompetisi untuk bertahan sekedar survive sementara hal ini tidak berbarengan dengan kesempatan ekonomi. Pada titik limit kompetisi, aksi tipu-menipu, kriminalitas, penjarahan, tawuran, intoleransi menjadi warna sehari-hari dan dapat diperankan secara persis di dunia suporter sepakbola. Suka tidak suka, fenomena Bonek adalah satu contoh. Berbagai kerusuhan antarsuporter yang selama ini sering terjadi menegaskan potret buram atas latarbelakang sekaligus gejala sosial yang memangku kehidupan bangsa Indonesia secara umum. Kerusuhan dan keributan seolah sudah menjadi paket yang disiapkan dari rumah dan akan diperankan dalam menonton sepakbola nantinya.
Penggunaan bahasa yang tidak ditimbang dengan baik dapat memanipulasi realitas sehingga berpotensi menimbulkan persepsi keliru dan berakhir dengan aktualisasi destruktif. Penggunaan bahasa dalam olahraga adalah salah satu contohnya. Dengan sedikit pengamatan pada bahasa yang digunakan dalam berita atau siaran olahraga, kita akan dengan mudah menemukan bahwa metafora kekerasan telah merasuk ke dalamnya.
Ungkapan-ungkapan ofensif, seperti "membantai, menghancurkan, menggilas, menggebuk, mematahkan, atau membungkam lawan" adalah ekspresi yang kerap kali digunakan untuk memberitakan bahwa sebuah tim atau seseorang mengalahkan atau unggul atas lawannya. Mungkin sang pembuat berita hendak memberi kesan dramatis bahwa tim atau orang tersebut menang telak atau meyakinkan, tetapi tidak menyadari bahwa pihak yang dikalahkan akan membawa realitas olahraga ke dalam imajinasi kekerasan.
Pemilihan metafora di atas adalah cara yang tepat untuk menempatkan yang kalah sebagai pihak teraniaya, sedangkan yang menang adalah pembunuh berdarah dingin yang membantai korbannya, backhoe yang menghancurkan atau menggilas tenda kaki lima atau perumahan kumuh, segerombolan preman yang menggebuk dan mematahkan kaki seterunya, atau seorang perampok/pemerkosa yang membekap mulut korbannya.
Pertandingan/perlombaan olahraga adalah kegiatan yang menjunjung sportivitas, saat di mana peserta menguji kemampuannya dengan jujur, mematuhi peraturan yang telah ditetapkan, dan menerima kemenangan atau kekalahan sebagai suatu kewajaran. Namun, nilai kejujuran dan logika itu dapat terkontaminasi bila kekalahan dinilai sebagai sesuatu yang memalukan, pihak yang kalah dianggap pecundang, atau yang terkorbankan. Karena itu, ungkapan "mempermalukan atau memecundangi lawannya", atau "menelan korban", adalah contoh penggunaan bahasa yang overdosis.
Aroma kebencian juga tercium dalam kosa kata, "partai balas dendam, duel maut" atau "tim A bentrok dengan musuh bebuyutannya". Para pemain, pelatih, dan para suporter dipersepsikan menuju arena peperangan (battle field), bukannya lapangan pertandingan, untuk berduel dengan musuh dan menuntaskan dendamnya. Untuk mengalahkan musuh, seseorang tidak memerlukan aturan. Dia dapat melakukan apa saja, dengan cara yang amat licik sekalipun, untuk membinasakan musuh dan menuntaskan dendamnya. Apakah spirit ini yang hendak dihidupi dalam olahraga? Tentu saja tidak.
Sudah saatnya bagi insan pers, khususnya mereka yang berkecimpung di bidang olahraga, untuk menakar bahasa jurnalismenya. Bahasa ternyata tidak hanya sekadar menyampaikan informasi kepada para pembaca/pendengar, tetapi ikut membentuk bagaimana mereka memersepsikan dan membentuk realitas yang dialaminya.
Sebutan boleh berbeda, isinya tetap sama. Itu kalimat yang rasanya tepat untuk menggambarkan perubahan nama liga sepak bola kita, dari sebelumnya "Liga Djarum" menjadi "Djarum Liga Super Indonesia 2008." Namanya boleh dibumbui kata "super." Namun, yang terjadi tetap gelaran liga yang sarat problem, mulai dari klub-klub yang miskin karena benar-benar hanya bergantung pada pendanaan APBD, anarkhisme suporter, sampai yang terkini: izin pertandingan.
Senin (28/8), laga Persija Jakarta versus PersitaTangerang yang dijadwalkan berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, terpaksa batal. Pasalnya, Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya tidak memberikan izin keramaian kepada Persija. Polisi enggan memberi izin karena dinyatakan ada kerawanan bentrok antar suporter, dan itu berkaca kepada pengalaman perilaku anarkhis suporter Persija di Stadion Lebak Bulus, GBK, dan juga di Stadion Benteng, Tangerang.
Ada masukan yang perlu dipertimbangkan Polda Metro maupun Persija. Bagi Polda, ancaman bentrok sesederhana apapun tak akan mampu mereka atasi, jika pengamanan laga tetap dilakukan secara konservatif. Mengapa konservatif? Sebutan itu layak ditudingkan ke polisi karena pengamanan selama ini hanya berorientasi ke dalam lapangan. Singkatnya, hanya menyiagakan polisi di sekeliling lapangan. Padahal, jika dicermati, potensi keributan antar suporter atau perilaku anarkhisme, bersumber dari tribune penonton (terutama yang "dihuni" suporter klub tuan rumah).
Seharusnya, polisi menyiagakan sejumlah petugas juga di seputaran tribun, yang sewaktu-waktu mereka bisa meminta bala bantuan di tribun yang berpotensi menyebabkan kericuhan. Bagi Persija, ini peristiwa ini bisa menjadi bahan introspeksi penting agar mereka serius membenahi perilaku suporter.
Direktur Umum PT Persija Jaya, Bambang Sutjipto menuturkan, ia sudah sering mengadakan forum silaturahmi suporter untuk menyosialisasikan ide-ide anti kekerasan dan urgensi sportivitas. Namun, itu belum cukup. Perlu dipertanyakan, sejauh mana jangkauan forum-forum itu? Jika hanya di seputar koordinator lapangan (korlap) "Jakmania", maka jelas itu kurang maksimal.
Sebab, sejauh ini, yang sering menjadi biang keributan adalah massa "Jakmania" di tataran terbawah. Merekalah yang kerap melempar botol minuman berisi air kotor ke tribun di bawahnya, atau mencegat mobil bak terbuka di jalan-jalan protokol, sehingga meresahkan pengguna jalan lain.
Pemkot Kediri geger. Bendahara sekaligus Asisten Manajer Persik Kediri Bidang Keuangan Suryadi ditemukan menggelepar di Sekretariat Persik Jl Diponegoro 7. Dia diduga bunuh diri dengan cara meminum cairan antinyamuk merek Baygon.
Lelaki 48 tahun itu pertama kali ditemukan tak sadarkan diri oleh staf sekretariat Persik sekitar pukul 03.00. Tubuhnya menggelepar di salah satu kamar.
Di kamar belakang sebelah timur secretariat Persik, tercium bau cairan tersebut yang menyengat. Di dekat kasur terdapat bekas cairan yang diduga muntahannya. Satu botol cairan antinyamuk merek Baygon kemasan satu liter ditemukan di sela spring bed dan lemari. Ada pula sandal dan kaus Suryadi yang masih tertinggal.
Suryadi terlibat di kepengurusan Persik sejak lama. Sejak Persik masih berada di level divisi III pada 1999. Sejak saat itu Suryadi terus jadi pengurus teras hingga saat ini. Dia merupakan kepercayaan Ketua Umum H Achmad Maschut. Khususnya yang terkait dengan urusan keuangan klub.
Keterlibatan Suryadi di sepak bola juga disebabkan kecintaannya pada olahraga ini. Suryadi adalah mantan pemain. Walaupun dia bukan pemain profesional. Lelaki kelahiran Nganjuk ini juga menjadi salah satu tokoh di balik fenomena kebangkitan Persik. Selain jadi pengurus, Suryadi adalah asisten manajer bagian keuangan. Dia pun pernah menjadi pejabat harian manajer tim. Tepatnya ketika Manajer Persik saat itu dipegang oleh Achmad Maschut.
Sementara di pemerintahan, karir Suryadi juga lumayan. Saat ini dia menjadi kepala sub bidang aparatur pemerintahan di Badan Pengawas Kota (Bawaskot) Kediri. Dia pindah ke Bawaskot saat terjadi mutasi di awal tahun ini. Sebelumnya, Suryadi adalah staf di bagian keuangan pemkot.
Sebelum ditemukan tak sadarkan diri, kemarin, Selasa (19/8) lalu Suryadi sempat menjalani pemeriksaan di Kejaksaan Tinggi (Kejati), Surabaya. Dia dimintai keterangan atas posisinya sebagai bendahara sekaligus asisten manajer bidang keuangan Persik. Keterangannya diperlukan terkait kasus pemindahan dana hibah poltek senilai Rp 4,2 miliar ke Persik.
Apakah pemeriksaan itu yang membuatnya tertekan? Polisi masih menyelidikinya. Jika benar, ini bakal menambah daftar pejabat pemkot yang nekat mengakhiri hidupnya dengan dugaan tekanan kasus. 4 Februari lalu, Edi Wijanarko, kasubbag perbendaharaan Bagian Keuangan Pemkot, ditemukan tewas gantung diri di rumahnya. Sebelumnya, dia juga pernah diperiksa kejati terkait kasus dugaan penyelewengan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan 2007.
Untuk diketahui, kejati saat ini sedang memeriksa kasus pemindahan dana hibah poltek untuk operasional Persik. Kasus itu terendus oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Sejumlah pejabat sudah diperiksa.
Mereka adalah Direktur Poltek yang juga mantan Sekkota Muh. Zaini, Ketua Harian Persik yang juga mantan Ketua DPRD Antonius Rachman, Kabag Keuangan Pemkot Suprapto, Kabag Pembangunan Pemkot Budi Siswantoro, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Widodo, Kepala DKLH Rachno Irianto, dan Suryadi.
(sumber: Jawapos Radar Kediri)
Persik Kediri, meskipun tidak mempunyai sejarah besar di sepakbola Indonesia, pada enam tahun terakhir ini menjadi salah satu klub papan atas di Indonesia. Dengan suporter tidak sedikit, seharusnya klub ini bisa diarahkan menuju klub profesional. Ironisnya, pada Indonesia Super League (ISL) ini, gegap gempita Persikmania bisa jadi sebagai alat politik Maschut atau Iwan Budianto yang akan maju sebagai Cawawali Kediri 2009-2014.
Sayangnya, ketika beberapa klub sedang menuju ke arah profesional dengan membentuk PT (seperti Persija atau Sriwijaya FC), bahkan PKT Bontang, Pelita Jaya dan Arema Malang sudah murni profesional sebagai sebuah klub sepakbola, (pengurus) Persik masih berkubang di tempat kotor yang sudah usang.
Semoga langkah profesional Arema Malang, Pelita Jaya, dan PKT Bontang yang disusul PT Persija dan Sriwijaya FC juga diikuti oleh klub-klub lain, termasuk Persik Kediri, dan tidak ada lagi kasus percobaan bunuh diri Suryadi di klub-klub lain.
Jayalah Sepakbola Nasional
KESIMPULAN
Secara lebih spesifik, kita di sini bicara soal norma dan nilai, dua hal yang menjadi dasar pembentukan kode moral sebuah budaya, sistem-sistem simbol di mana perilaku diberi label “ baik”, “buruk”, “benar”, atau “salah”. Dengan begitu, satu perilaku hanya disebut sebagai penyimpangan (deviance) atau normal jika kita mengetahui siapa pelakunya dan dalam konteks sosial atau budaya.

Tag :
 
© Berbagi Ilmu Olahraga | All Rights Reserved
Designed ByImuzcorner | Powered ByBlogger | RealMadrid CF Blogger Template ByFree Blogger Template